Suatu hari setelah gue minta putus dan dia ngejar balikan, gue nggak dibiarin bisa pulang
-Setiap gue yang berusaha minta putus dan nyampein alasan gue baik-baik, dia juga akan ngamuk, terus mohon-mohon balikan, dan lagi-lagi stalking terus ngancem.
Setelah berkali-kali usaha tapi nggak gue bales, akhirnya dia ngegas mobilnya berkali-kali dan ngancem untuk nabrakin mobilnya ke mobil lain: “Kalo gitu kita mati bareng-bareng aja (= kalo aku nggak bisa milikin kamu, nggak ada orang lain yang bisa sama kamu juga -red).”
Jadi inget quote-nya und Pike) pas nonton “I Care much” semalem. Walaupun kalimat ini digunain di konteks yang beda dan karakternya dia bener-bener gue benci di situ, tapi kalimatnya cocok banget sama keadaan yang gue gambarin tadi.
“The guy produced dangers as risks are he’d kept. You simply can’t persuade a woman accomplish what you need, then chances are you phone call the girl a good cunt, and threathen in order to eliminate her.”
Tapi untung
Orang yang udah selesai sama dirinya sendiri nggak akan takut “kebalap” sama partnernya, tapi justru berkembang bareng-bareng. Segala omongan gue soal cita-cita dan minat gue cuma didenger sambil lalu, jadi ya udah, mendingan gue jalan sendiri aja. Karena kalimat dia malem itulah, alhamdulillah gue langsung ilfil di tempat. If in case you do
Kami di jalan, masih di dalam mobil dan gue nggak sekalipun mau bales ucapan Everyone loves your-nya, jadi gue diem aja
Salah satu yang paling damaging atau merusak dalam hubungan harmful gue dulu adalah obsesi dia untuk menjadikan bentuk gue secara fisik sesuai selera dia. Tadinya dengan alasan supaya sebagai orang Public relations (Pr), gue sebaiknya nampak presentable. Reasonable sufficient, I was thinking the first time. Tapi gue mulai merasa ada yang aneh ketika seminggu setelah jadian, begitu gue ngajak makan malem, dia ngamuk-ngamuk. Katanya gue kok nggak ada niatan jaga badan, nggak canoe mantan-mantannya yang berlomba-lomba tampil makin kece bikin dia nyesel setelah mereka putus (WAW PEDE YA ANDA, padahal bisa jadi mereka self-care buat diri sendiri). Padahal pas PDKT dia bilang paling suka liat gue makan (nggak sok-sok eating plan atau makan cimit-cimit atau jaim depan dia), katanya “hidup” banget dan apa adanya.
Padahal dia tau gue punya segudang mimpi dan ambisi yang pengen gue kejar, and that i slowed down inside the matchmaking given that I was thinking he or she is scared of me personally overshining him in a sense
Dari sini gue mulai liat pola, ketika belum dapetin gue, dia akan bersikap seperti huntsman aja, menyesuaikan pembawaan diri dengan address yang dituju. Waktu akhirnya ngerasa udah ada teritori nih, udah (serasa) hak milik…